Thursday, August 27, 2015

Memperjuangkan Tanah Negara, Mahasiswa UNUD Turun ke Jalan.


Ribuan mahasiswa Universitas Udayana (27/4) sudah berkumpul sejak pukul 07.30 wita di Agrokomplek untuk melaksanakan aksi damai menuntut penundaan eksekusi dan peninjauan kembali sengketa tanah Unud Jimbaran.
            Kampus Sudirman dipenuhi oleh ribuan mahasiswa dari berbagai fakultas yang ada di Universitas Udayana. Pihak rektorat menghimbau dosen, mahasiswa, dan staf-staf untuk mengikuti aksi menuntut penangguahan eksekusi dan peninjauan kembali tanah UNUD yang disengketakan. Tanah yang disengketakan ini memiliki luas sekitar 2,76 H. 
Aksi yang dilakukan adalah unjuk rasa dimulai dari kampus Sudirman sampai pengadilan negeri dengan berjalan kaki. Tuntutan berisi penanguhan eksekusi dan lakukan peninjauan kembali atas putusan kasasi Mahkamah Agung (MA) Nomor 981K/Pdt/2013 yang memenangkan pihak penggugat atas nama ni Wayan Kepreg dan I Nyoman Suastika.
Rektor UNUD Ketut Suastika dalam orasinya menegaskan, “Saya ingin menyampaikan satu dua kata atas keprihatinan kita dari universitas Udayana. Bapak dan ibu sekalian yang kita perjuangkan hari ini adalah hati nurani, ini adalah aset negara , bukan aset pribadi. Aset negara sekali lagi saya tegaskan. Kami mohon juga seluruh jajaran yang ada dibawah pemerintahan berpihak pada aset negara”. Dalam orasinya Suastika juga membacakan surat Rektor kepada panitera Pengadilan Negeri Tipikor dan Hubungan Industrial Denpasar yang isinya meminta penangguhan eksekusi tanah dengan alasan tanah yang dieksekusi telah dilakukan pembebasan sebelumnya yaitu 15 nopember 1982 sehingga kepemilikanya menjadi milik negara. Sengketa dengan Register perkara no 463/Pdt.G./2011/PN.Dps 18 juni 2012 pihak Udayana adalah pihak yang dimenangkan. Begitu pula dalam tingkat banding dengan register perkara 141/PDT/2012/PT. pada pihak yang dimenangkan pada pengadilan tinggi.
“Dari sudut pandang Universitas Udayana rasanya masih ada putusan yang tidak adil. Oleh karena demikian Universitas Udayana meminta eksekusi ditunda sampai ada kepastian hukum yang lebih pasti,” tutur Suastika. Status tanah yang disengketakan adalah aset milik pemerintah. Dalam hal ini Udayana tidak sebagai pemilik, tetapi pemerintah departemen keuangan sebagai pemilik yang pengelolaanya diberikan kepada Universitas Udayana. Saat ini tanah yang disengketakan ini belum ada sertifikat atas nama siapa pun. Langkah yang sudah dilakukan oleh Universitas Udayana saat ini adalah mengajukan Peninjauan kemabali (PK) ke MA.
Setelah berorasi, pihak Univesitas Udayana bertemu dengan pihak pengadilan negeri. Dari pihak Unud diwakili oleh Rektor dan beberapa petinggi Unud. Sedangkan dari mahasiswa diwakili Presma Clara Listya Dewi dan Humas Aksi Asri Maslestari. Tidak semua media dibolehkan masuk dalam pertemuan tersebut. Hanya beberapa media saja yang diperbolehkan seperti Bali TV dan Bali Post, tapi media nasional seperti TV One tidak diperbolehkan, ada apakah gerangan ?
Pertemuan pihak Unud dan Pengadilan berlangsung sekitar setengah jam. Perwakilan Unud menyampaikan hasil pertemuan langsung didepan masa. “Apa yang kita sampaikan sedang dipertimbangkan oleh pengadilan,” tegas Rektor. Pernyataan ini langsung mengundang ketidakpuasan dari masa. Pihak Udayana dan pengadilan ada di posisi yang berbeda, Unud berposisi sebagai pengguna aset negara sedangkan pengadilan sebagai pembuat keputusan. Apa yang disampaikan pihak Unud akan dipertimbangkan dengan mencari solusi hukum yang sesuai.

Setelah unjuk rasa selesai masa diarahkan menuju kampus sudirman untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut. Pihak rektorat sangat mengapresiasi aksi mahasiswa. Menurut mereka aksi tersebut sudah sangat baik, tapi keputusan terakhir tetap berada di tangan MA. (Jajang/Bagus)

Menyambut hari kemerdekaan dengan menanam mangrove



Jemaat Ahmadiyah cabang Denpasar  16-08-2015 melaksanakan penanaman mangrove yang bertempat dipantai Serangan, Kota Denpasar , Bali. Penanaman dimulai pada pukul 15.00 wita, semua anggota yang hadir ikut menanam.
Menyambut hari kemerdekaan  Republik Indonesia (RI), jemaat Ahmadiyah cabang Denpasar melaksanakan penanaman mangrove. Kegiatan ini juga merupakan kepedulian jemaat ahmadiyah, khususnya jemaat cabang Denpasar terhadap alam bali.
Empat puluh anggota jemaat Denpasar hadir pada penanaman kali ini, mulia dari anak-anak sampai orang tua. Tidak ada pihak luar yang hadir dikarenakan dengan banyaknya kegiatan yang bertabrakan sehingga tidak bisa ikut serta.
Ketua jemaat Ahmadiyah cabang Denpasar, Bapak Hendrawan setelah acara penanaman selesai menyampaikan ”kegiatan  ini merupakan salah satu bentuk kontribusi jemaat Ahmadiyah khususnya   di bali untuk menjaga alam”.
tidak hanya sampai disini saja, jemaat ahmadiyah cabang denpasar akan terus berkontribusi dalam berbagai kegiatan untuk mendukung program pemerintah seperti yang beliau sampaikan “kita akan terus berkontribusi dalam mendukung program pemerintah untuk melestarikan alam.
Dengan banyaknya isu lingkungan yang seakan tidak pernah usai. Kegiatan penanaman mangrove ini menjadi momentum yang sangat baik karena berbarengan dengan hari kemerdekaan RI. Kecintaan terhadap negeri dapat ditunjukan salah satunya dengan ikut melestarikan alam negeri tercinta.
Ketua penanaman mangrove yang juga Qaid Majelis MKAI Denpasar Dudi Ahmad mengungkapkan Kegiatan ini terlaksanakan atas kerjasama jemaat ahmadiyah cabang Denpasar dengan Badan Penanaman Hutan Mangrove (BPHM) wilayah I. “alhadulillah penanaman mangrove hari ini berjalan dengan lancar”.
Pak Qaid mengungkapkan Walaupun sempat terjadi kecemasan karena acara ini tidak bisa dilaksanakan karena tidak ada konfirmasi dari pihak BPHM. Sepuluh  hari setelah melangkan surat permohonan tidak ada kabar. Akhirnya pada 13 agustus pihak PBHM menyetujui permohonan penanaman mangrove. “dengan karunia Allah taala hari ini 16 agustus menyabut hari kemerdekaan kita bisa menanam mangrove di pulau serangan” tambahnya.
Tanggal 16 agustus dipilih untuk menanam mangrove karena berdekatan dengan tanggal 17 agustus yang merupakan hari kemerdekaan RI. “dengan karunia Allah taala hari ini 16 agustus menyabut hari kemerdekaan kita bisa menanam mangrove di pulau serangan” Paq Qaid menambahkan.
Harapan dari terlaksananya kegitan ini seperti yang disampaikan oleh Mln. Yudi Wahyudin. Beliau mengutarakan ada dua harapan dari terlaksanaya kegiatan ini. Yang pertama  adalah untuk menigkatkan kecintaan pribadi masing-masing terhadap alam. Beliau juga menyampaikan bentuk kecintaan terhadap alam ini akan mengalahkan rasa egoistis karena kita merasa perlu terhadap mahluk yang lain.
Kedua, yaitu terhadap anak keturunan kita. Dengan kegitan semacam ini diharapkan anak cucu kita mendapatkan manfaat dari hasil pemeliharaan alam ini..  Secara mental juga akan memiliki rasa kecintaan terhadap segenap ciptaan allah swt.  (J.or)




About My Self

My name Jajang Nuryana, I was born in Tasikmalaya 11 november 1993.  I am  secound child of 3 brothers, he's name is  Riki Muldian Husen he was 26 years old, and my young sister's name is Amalia Anugrah Putri, this time he was 8 years old. My brother  work as a freelancer, a job he elaborated is photography, such as wedding, prewedding and other photo order. My sister was still in elementary school grade 4.        
My father's name is Sharif Hussein and my mother's name Enda Nuraeni, My father worked as construction workers (laborers), While the mother is a housewife. often mothers take care of the fields, which each season produces rice to be harvested. Results of the rice is not we sell, but we use for everyday meals. In our country rice is the staple food,  which is not replaceable by other basic commodities, In fact, there is a term even though eating bread or corn, and other carbohydrate foods, if you do not eat rice, was not eaten. That is the custom of our nation against rice, very difficult to replace rice with other staples.
Currently, I am studying in a study program Udayana University of Marine Science. Study program which I am involved with this, focus on the sea, and everything in it and that influence. Why do I take this course? because our country, Indonesia. Is a vast archipelago territory mostly water areas, on that basis, I want to be serious in the field of marine least as long as I took an undergraduate at Udayana.
I'm taking classes not because my family economically disadvantaged, but, on the contrary, I studied as concerned about with my family. My strongest reason is, in my family, the family of the father and mother, no one has been able to finish undergraduate. had reached high school course, it's been quite And have great difficulty in cost issues. Desire higher to college, see my father had to work every day, work hard and heavy. Perhaps, when the father was younger, can do his job quickly,but  this time the father was almost 50 years old, the condition of the body that is not like it used to be had a lot of pain felt in the body. Often father complained of backache, knee pain, hand pain and other pain. On the other hand the basic needs can not be postponed, with rising fuel prices, the prices the basic needs are also increasingly rise. If the daily paid my father paid 70 thousand, it does not include his meal and transportation, Then how the money could be enough? That's because my mother was wise enough to divide the money although in the end we have to debt. Moreover, I am now living in Bali, the level of life is almost like Jakarta that the price of stuff is expensive. During this time, I survive on a scholarship I received from government. Not ungrateful, scholarship cash Rp. 600 K per month received, not enough for one month. My daily spending only Rp. 30,000,  if multiplied by one month the amount of Rp. 900 K,  That is less  Rp. 300 K. While father can not send every month, And I was not overly expecting money transfers from father, because I know how to condition father.
I'm getting the spirit of to college because I want to change the mindset of the family. During this time my family embraced ideas that life is sufficient to work on others. they are afraid to spend money, not afraid of fear of running out cash to finance education. My grandfather from my father and mother, both have the number of children that a lot grandfather of the father has eight children and grandfather of mothers had 9 children. Meanwhile, job grandfather both workers of any kind sometimes, today can work, can not work the next day. My grandfather both manual laborers Sometimes, hoeing rice paddies others, worked as porters  wood and other heavy work. I want to break the chain of poverty enough to father only, I do not want, me and my descendants later live in the shadow of poverty,  At least, my children later, I could enjoy such education even more than me. The desire to college, getting higher because of it. every day, I always prayed that I could change my family's life for the better.

 eventually, I am in desperate need of help, as you have given me during this time. I am very grateful to God. For me, you are an angel, who purposely sent by god to me. Thank you very much sir. 

Manta Watch Road to Campus, Kunjungi Fakultas Kelautan dan Perikanan Udayana

Rabu, (22/4) bertempat di ruang A Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana (FKP Unud), Manta Watch (MW) melaksanakan rangkaian Road Show di Bali. MW hanya mengunjungi satu fakultas saja yaitu FKP Unud.
Kali ini Universitas Udayana yang mendapat kunjungan dari tim dari MW yang berjumlah 2 orang. Mereka  adalah Anindita Rustandi dan Niomi Pridina mereka adalah anggota dari manta watch yang sedang meakukan road show ke universitas yang ada di luar jawa, ada 3 universitas yang dikunjungi yaitu UNHAS, Udayana dan Universitas Kristen Kupang. Universitas Udayana melalui fakultas kelautan dan perikanan menjadi universitas kedua yang dikunjungi setelah UNHAS untuk mensosialisasikan tentang manta. MW sendiri hanya melakukan sosialisasi ke fakultas yang memiliki bidang ilmu yang sangat dekat dengan konservasi, seperti Perikanan, Ilmu Kelautan, Konservasi dan juga Biologi.
Rangkaian acara road show dibuka oleh Niomi dengan pengenalan MW kepada peserta yang datang. Sebagian besar peserta yang datang adalah mahasiswa penerima beasiswa FKP. Peserta antusias mengikuti pemaparan Niomi. Pada sesi pemaparan, MW juga memutar video documenter mengenai kegiatan Manta Watch Intensif Program yang di lakukan di Labuan Bajo Sumanatra Utara dan Pulau Komodo. Pemilihan Labuan Bajo sebagai tempat penelitian MW, karena disana memiliki populasi Manta yang paling banyak di Indonesia. MW sendiri hanya melakukan sosialisasi ke fakultas yang memiliki bidang ilmu yang sangat dekat dengan konservasi, seperti Perikanan, Ilmu Kelautan, Konservasi dan juga Biologi.
Anindita  mengungkapkan “Sebenarnya ini opotunity yang sangat bagus bagi mahasiswa apalagi mahasiswa tingkat akhir yang ingin melakukan penelitian tapi belum tau akan melakukan penelitian tentang apa, sangat bagus untuk mengambil data dan juga bagi mahasiswa baru mencari pengalaman diluar kelas dan memang ini sangat bagus dan memberikan benefit yang baik juga,” saat di wawancarai selesai acara. Syarat yang paling utama untuk bergabung dengan manta watch adalah seseorang yang sudah memiliki sertifikat selam minimal tingkat paling dasar. Manta adalah salah satu spesies ikan pari terbesar di dunia. Lebar tubuhnya dari ujung sirip dada ke ujung sirip lainnya mencapai hampir 7 meter.
MW sendiri NGO non-provit yang bergerak dibidang konservasi biota laut, yang lebih focus pada kelestarian manta. Organisasi yang di mentori langsung oleh Andres Harvey ini, memiliki kantor di negeri Ratu Elizabet yaitu Inggris. MW sendiri masih terdengar asing di Indonesia karena NGO ini belum memilki kantor perwakilanya di Indonesia.
Pari manta belakangan populasinya mengalami penurunan yang disebabkan oleh perburuan yang tidak terkendali, tingginya kegiatan perikanan dan kondisi laut yang semakin terpolusi, namun rasio kelahiran mereka rendah. “kondisinya sebenarnya berkurang kalo dilihat pengambilan data dari tahun 2000 meski bukan dilakukan oleh manta watch. Ada pengurangan karena perburuan di Lamakera, Flores Timur dan Tanjung Luar, Lombok, perdagangan yang tinggi ke Hongkong melalui Surabaya, kondisinya gak stabil juga tapi berkurang perlahan-lahan” ungkap Anindita.

            Sesi acara road show ditutup dengan pembagian dua flashdisk menarik dari MW yang diberikan terhadap dua penanya dengan pertanyaan terbaik. Tidak lupa sebagai kenang-kenangan semua peserta dan tim dari Manta Watch melakukan foto bersama.(jn)